
Wahai engkau rembulan dan gemintang. Padamu saja aku mengadu keluh-kesah. Tiada yang mengerti keadaan ini. Namun aku tetap berusaha kuat berdiri ikuti apa mau cerita. Siapa yang perduli sedih laraku. Hanya senyuman yang diinginkannya. Lalu bagaimana hati bersastra indah bahagia bila tiada dimengerti dibahagiakan. Lalu kini aku hanya bisa menatap rumahmu. Yang keberadaanmu entah kemana. Lalu aku hanya bisa bersyair kelaraan hati dan jiwa. Tanpamu rembulanku. Tanpanya yang amat kusayangi dan kucintai selalu.
No comments:
Post a Comment