Sudah aku menapaki jalan yang seharusnya dijalani. Sudah aku patuh pada peraturan hidup menuju bahagia. Sudah pula aku biarkan segala yang asam menggerogoti sedikit demi sedikit manis seharusnya kudapati. Laksana para rayap-rayap yang menggerogoti situs purbakala dengan tenang dan damainya hingga habis hilang bersama masa. Sudah sampai mana aku rindukan rindu indahnya. Rindu cantiknya. Sudahlah.
Berjalan ke depan dengan sesekali kutengok yang tertinggal memanggil dari belakang. Rindu dibatas Takdir. Aku rindukan segalanya dibatas takdir wajib indah hidup. Aku rindu dibatas takdir.
Bisahkah gumawan itu berhenti diatasku. Hujan lah bila ingin hujan. Aku menantikan dingin tenangku. Lalu aku akan cepat tersadar rindu hangatku. Lalu aku akan menjadi manusia hebat yang indah berasa dari dingin ingin menjadi hangat berangan nyata. Lalu aku akan berteriak pada keheningan malam. Aku rindu dibatas takdirku.
Mereka berkata bersyair. Mereka bercakap indah berpuisi. Mereka mencibir aku hanya manusia lemah pada takdir. Mereka, begitu mereka kejam pada hidupku. Biarlah biar begitu. Karna ini hidup rindu dibatas takdirku. Takdir yang kuhormati agar aku bisa hidup dengan tengangku.
No comments:
Post a Comment