Wednesday, 9 April 2014

Jejak Meninggalkan Sebentuk Hati

Menangis lah hati dalam ketidak-berdayaannya. Hanya mampu pasrah dihakimi sang waktu yang tak memihak. Sastra-sastra hati yang pernah lantang ternyanyikan bagai luka bila diingat. Yang bagai sia-sia sampah yang tak bisa hancur dalam kurun waktu jutaan tahun.
Lalu kemana hati ini mengadu kesakitan ketika tiada satu pun perdulu. Hanya kemurungan kata lah terus tersyairkan kenangan.
Jejak meninggalkan sebetuk hati semakin pasti terjadi. Terikhlaskan sudah bila cinta memilih cinta lain itu. Dan hati hanya mampu bersandar pilu pada dinding yg penuh lumut nyeri dan menangis. Meratapi balasan atas kesetiaan yang selama ini ditimbang penuh kasih sayang yang tak pernah mau mati. Kini cinta durhaka pada hati.
Aku menangis... Menangis... Digembalai sang kehampaan abadi mungkin.

No comments:

Post a Comment