Moment Remaja. - Semu berjalan melihat perjalan hidup yang tak henti menimbang duka, ceria dalam kisah keluarga, asmara, pendidikan, dan pertemanan. Kalau di andai kata kapan bumi akan berhenti dari era yang seperti ini, sobat, dimana semua berakhir dengan sedikit kebahagiaan, aku yang jenuh dengan hidup sekarang ini, ingin sekali memeluk bintang di awan, datang dan memegang tangan TUHAN untuk membiarkan aku datang ke rumah-NYA yang sangat indah itu, kamu pasti tak tau apa yang sekarang aku alami, begitu pahit yang kurasakan semua bercampur saat aku tau apa yang akan terjadi di kehidupan ku, aku tidak mengeluh apapun pada Sang Pencipta melainkan aku akan terus mengucapkan SYUKUR kepada-NYA. Aku yang bernama Agatha Celino Apri, panggil saja nama ku AGA, aku berumur 16th, sekarang aku duduk di kelas 2 SMA, aku hidup di keluarga yang bisa di bilang tidak harmonis, walaupun aku hidup di Keluarga yang sangat mewah aku tetap saja tak peduli dengan itu semua, mengingat semua kata-kata orang tentang Mamaku, membuat telinga terasa terbakar. Papa selalu kerja tanpa melihat waktu, sehingga papa jarang pulang, mama selalu pulang dengan membawa laki-laki simpanan, aku selalu menangis melihat kejadian ini, aku selalu bersabar menghadapi rintangan ini, bila aku pulang dari sekolah jam 6 sore aku hanya melihat Bang Frans di ruang belajarnya, sejak Bang Frans melihat tingkah Mama dan Papa seperti ini Bang Frans tak pernah bercakap-cakap lagi dengan Mama dan Papa, kalau dengan ku dia hanya berbicara sepentingnya saja. Aku seperti hidup di goa yang gelap, tak berpenghuni. Mungkin kali benar bahwa di balik tangis ada rasa senang “percaya pada-NYA”. Selama aku bersekolah tak ada yang tulus berteman dengan ku, karna kulihat mereka hanya menguras kekayaan ku, termasuk Mantan-mantan ku, semuanya sama, aku tak menyalahkan siapun, hanya aku akan mencari yang tulus berteman denganku.
Saat jam istirahat di sekolah aku berdiam diri di perpustakaan, membaca buku yang mempelajari tentang kehidupan. Aku berjalan mencari buku yang ku cari dengan judul “Life Is One Choice”, saat aku mengambil buku itu aku terjatuh dan tiba-tiba ada Siswa yang memegangku,
“Kamu gak papa.?” Ujar Cowok tersebut memandangku.
Aku yang saat itu terkesima melihat wajahnya yang begitu manis, dengan lesung pipit yang sangat dalam.
“Oww…hmm makasih ya,” ujar Aga yang bergegas berdiri dan memperbaiki diri.
“Oh,gak apa-apa kamu harus lebih hati-hati lagi, kalau gak sampai, kamu harus minta tolong,” ujar Cowok itu yang sepertinya gugup, mukanya sedikit memerah.
“Iyaa…makasih ya,” ujar Aga
“Aku pergi dulu, lain kali hati-hati” ujar Cowok itu tersenyum dan meninggalkan aku sendiri di rak buku yang begitu besar.
Saat aku terdiam memikirkan kejadian yang sebentar ini, aku terkejut karena lupa menanyakan siapa namanya, cowok itu tak pernah terlihat olehku di sekolah ini apalagi aku yang sebagai penghuni perpustakaan ini, tidak pernah melihatnya, apa dia anak baru, terus terang aku suka melihat gayanya berbicara denganku walaupun hanya beberapa kata. Aku pergi ke kelas karena bel masuk untuk pelajaran selanjutnya akan dimulai, selama aku bersekolah aku selalu mendapat juara umum, aku tak ingin membuat Papa dan Mamaku kecewa atas prestasiku, pernah saat itu aku lomba Olimpiade ke Thailand dan saat itu aku menang menjadi juara, Mama dan Papa tidak ada merespon sedikitpun, hanya Bang Frans yang mengucapkan selamat padaku dan memberi aku boneka yang sangat besar, mentraktir ku makan, Abangku itu kalau soal akademi dia akan selalu mendukung karena dia sekarang berada di Fakultas Kedokteran di Singapura, aku sangat bangga dengan saudaraku itu, dan aku ingin juga berada di jurusan Kedokteran di Inggris.
Hari ini aku selalu mengucapkan syukur pada TUHAN karena aku selalu di beri kesehatan pada hari ini. Sore ini aku pulang sendiri,,saat aku menyeberang untuk melintasi jalan sebuah mobil hampir menabrakku, terkejut.
“Aaaa....!!!” ujar Aga yang langsung meneteskan air mata dan menutup matanya.
Seseorang keluar dari mobil .....“Kamu ngapain melintas jalan sembarangan,” ujar Lelaki itu dengan sopan.
Aku membuka mataku, agar aku bisa melihat sosok itu.
“Lohh kamu,” ujar Lelaki itu
“Kamu mau nabrak aku ya?,” ujar Aga yang kesal.
“Loh kok salahin aku, udah tau ada mobil dari arah sana, melamun juga nyebrangin jalan, itu kan salah kamu,” ujar Lelaki itu
Lelaki itu adalah siswa yang membantu aku tadi pagi saat di perpustakaan.
“Perlu aku bantuin gak,” ujar Lelaki itu tersenyum,penuh dengan senyuman.
“Iyaa lah..” ujar Aga memeberikan tangannya
“Kamu mau pulang kan, aku antar ya, sebagai tanda maaf ku,” ujar Lelaki itu
“Hmm,gak usah aku bisa sendiri kok,” ujar Aga yang tak mau menyusahkan Lelaki itu.
Lelaki itu terdiam.
“Daa, aku bisa balik sendiri kok,” ujar Aga sambil meninggalkan si Lesung Pipi itu.
Saat aku berjalan kiranya dia mengikuti, dia membujukku agar aku mau masuk ke mobilnya.
“Ayolah, masuk aja..” ujar Lelaki itu.
Aku mengacuhkannya dengan mendengarkan musik, sehingga aku tak mendengarnya, saat aku menundukkan kepala, tiba-tiba dia datang ke depanku dan melepaskan headsetku, aku terkejut.
“Ini sudah malam, kamu sebaiknya naik ke mobil ku, oke” ujarLaki-laki itu.
“Kamu maksa nihh, orang aku gak kenal sama kamu, minggir…!” ujar Aga agak kesal
“Aga, Abang kamu udah nyuruh kamu untuk pulang,” ujar Lelaki itu.
“Darimana kamu tau, dasar tukang maksa sok tau lagi…week,,pegi gihh” ujar Aga yang tak percaya.
Lelaki itu memegang tanganku dan memasukkanku ke mobil. Di dalam mobil aku memberontak tapi aku akhirnya diam juga karena tatapannya itu.
“Nama ku Chiko, kamu Aga kan?” ujar Chiko memperkenlkan namanya.
“Iya!”ujar Aga kesal.
Chiko menggeleng-gelengkan kepala dengan tersenyum.
“Oww…hmm makasih ya,” ujar Aga yang bergegas berdiri dan memperbaiki diri.
“Oh,gak apa-apa kamu harus lebih hati-hati lagi, kalau gak sampai, kamu harus minta tolong,” ujar Cowok itu yang sepertinya gugup, mukanya sedikit memerah.
“Iyaa…makasih ya,” ujar Aga
“Aku pergi dulu, lain kali hati-hati” ujar Cowok itu tersenyum dan meninggalkan aku sendiri di rak buku yang begitu besar.
Saat aku terdiam memikirkan kejadian yang sebentar ini, aku terkejut karena lupa menanyakan siapa namanya, cowok itu tak pernah terlihat olehku di sekolah ini apalagi aku yang sebagai penghuni perpustakaan ini, tidak pernah melihatnya, apa dia anak baru, terus terang aku suka melihat gayanya berbicara denganku walaupun hanya beberapa kata. Aku pergi ke kelas karena bel masuk untuk pelajaran selanjutnya akan dimulai, selama aku bersekolah aku selalu mendapat juara umum, aku tak ingin membuat Papa dan Mamaku kecewa atas prestasiku, pernah saat itu aku lomba Olimpiade ke Thailand dan saat itu aku menang menjadi juara, Mama dan Papa tidak ada merespon sedikitpun, hanya Bang Frans yang mengucapkan selamat padaku dan memberi aku boneka yang sangat besar, mentraktir ku makan, Abangku itu kalau soal akademi dia akan selalu mendukung karena dia sekarang berada di Fakultas Kedokteran di Singapura, aku sangat bangga dengan saudaraku itu, dan aku ingin juga berada di jurusan Kedokteran di Inggris.
Hari ini aku selalu mengucapkan syukur pada TUHAN karena aku selalu di beri kesehatan pada hari ini. Sore ini aku pulang sendiri,,saat aku menyeberang untuk melintasi jalan sebuah mobil hampir menabrakku, terkejut.
“Aaaa....!!!” ujar Aga yang langsung meneteskan air mata dan menutup matanya.
Seseorang keluar dari mobil .....“Kamu ngapain melintas jalan sembarangan,” ujar Lelaki itu dengan sopan.
Aku membuka mataku, agar aku bisa melihat sosok itu.
“Lohh kamu,” ujar Lelaki itu
“Kamu mau nabrak aku ya?,” ujar Aga yang kesal.
“Loh kok salahin aku, udah tau ada mobil dari arah sana, melamun juga nyebrangin jalan, itu kan salah kamu,” ujar Lelaki itu
Lelaki itu adalah siswa yang membantu aku tadi pagi saat di perpustakaan.
“Perlu aku bantuin gak,” ujar Lelaki itu tersenyum,penuh dengan senyuman.
“Iyaa lah..” ujar Aga memeberikan tangannya
“Kamu mau pulang kan, aku antar ya, sebagai tanda maaf ku,” ujar Lelaki itu
“Hmm,gak usah aku bisa sendiri kok,” ujar Aga yang tak mau menyusahkan Lelaki itu.
Lelaki itu terdiam.
“Daa, aku bisa balik sendiri kok,” ujar Aga sambil meninggalkan si Lesung Pipi itu.
Saat aku berjalan kiranya dia mengikuti, dia membujukku agar aku mau masuk ke mobilnya.
“Ayolah, masuk aja..” ujar Lelaki itu.
Aku mengacuhkannya dengan mendengarkan musik, sehingga aku tak mendengarnya, saat aku menundukkan kepala, tiba-tiba dia datang ke depanku dan melepaskan headsetku, aku terkejut.
“Ini sudah malam, kamu sebaiknya naik ke mobil ku, oke” ujarLaki-laki itu.
“Kamu maksa nihh, orang aku gak kenal sama kamu, minggir…!” ujar Aga agak kesal
“Aga, Abang kamu udah nyuruh kamu untuk pulang,” ujar Lelaki itu.
“Darimana kamu tau, dasar tukang maksa sok tau lagi…week,,pegi gihh” ujar Aga yang tak percaya.
Lelaki itu memegang tanganku dan memasukkanku ke mobil. Di dalam mobil aku memberontak tapi aku akhirnya diam juga karena tatapannya itu.
“Nama ku Chiko, kamu Aga kan?” ujar Chiko memperkenlkan namanya.
“Iya!”ujar Aga kesal.
Chiko menggeleng-gelengkan kepala dengan tersenyum.
Sesampainya di rumah....
“Terima kasih!” Ujarku dan menutup pintu mobil dan pergi.
Keluar dari mobil “Sama-sama, titip salam buat Bang Frans ya,” ujar Chiko sambil melambaikan tangan.
“Isss….sok kenal,” ujarku yang bĂȘte.
Membuka pintu..
“Abang!! Abang??....” ujarku berteriak.
“Apa sihh,”ujar Bang Frans
“Siapa sih si Chiko itu,” ujarku
“Ohh,itu adik kelasku, dulu tim kesehatan di SMP, dia temenku juga, kamu gak boleh membrontak dengan dia, ngerti Aga, dia yang akan ngawasin kamu selama Abang di Singapura,” ujar Bang Frans.
“Tapi kan Abang masih lama ke Singapura,” ujar Aga takut di tinggal oleh Frans.
“Siapa bilang, Abang besok berangkat, penerbangannya jam 9 pagi, jadi kamu harus baik-baik di sekolah ya, trus jaga diri kamu,” ujar Bang Frans yang memelukku dengan erat.
Bang frans sepertinya tak ingin meninggalkan aku sendiri di rumah ini, karena aku lihat dia sangat erat memelukku. Aku pun balik membalas pelukan, cium persaudaraan dan tangisan yang membasahi pipi ku, walau mendengar sedikit bisikan tangis dari Abang tercintaku. Malam ini aku tak bisa tidur karena aku merasa semakin gelap di hidup ini.
Pagi ini aku tidak pergi sekolah, karena aku ingin mengantarkan Bang Frans ke bandara. Di sepanjang jalan aku selalu memegang tangannya dan memeluknya sesekali.
Di bandara..09.00 WIB.
“Abang pergi dulu ya Aga,, jaga pesan Abang yaa,” ujar Frans.
“Abang…jangan lupa kasih kabar yaa,” ujar Aga managis.
Tiba tiba Chiko datang tergesa-gesa untuk melihat keberangkatan Frans.
“Bang, maaf aku terlambat! Bang, semoga sukses ya di sana,” ujar chiko dan member pelukan persahabatan.
Saat beberapa langkah pergi, Frans melihat ke arah Aga yang tengah sedih melihatnya, Frans sadar bahwa hanya dia lah sandaran Aga selama ini, apalagi dengan situasi keluarga yang semakin menjadi-jadi. Aga berlari dan memeluk Frans sekuat-kuatnya.
“Bang, Aga ikut Abang aja, Aga takut sendiri di sini Bang..plisss Bang bawa Aga, Aga takut melawan hari hari ini tanpa Abang Aga, Bang Fraanss..hiks…hiks,” ujar Aga yang nangisnya tak kuasa.
“Aga, Aga Abang.., Ko tolongg,” ujar frans yang tak kuasa melihat adiknya melawan tingkah keluarga sendiri setelah ia pergi dan ia meminta Chiko untuk menahan Aga.
“Haaa…haa..lepasinn lepasin…Bang Frans, Aga mohon bawa Aga, Bang,,”ujar Aga
“Aga, biarin Bang Frans pergi..”ujar Chiko memegang kedua tangan Aga.
“Jaga Aga buat Abang ya, aku nitipin dia ya,” ujar Frans memegang pundak Chiko.
“Iyaa, Bang” ujar Chiko.
Akhirnya Frans pergi dengan berat hati yang tak tertahan, Frans sangat sedih, tetapi dia agak senang karena Chiko bakalan ada di samping Aga..
“Lepasin aku, Ko…aku mau pergi…Chikoo!!! Lepasin!!!” ujar Aga yang menangis, terduduk melihat kepergian Abang semata wayang.
“Sabar, Ga,” ujar Chiko
Aga menagis di dada chiko, tak kuasa menangis.
Kisah sedih Agatha belum berakhir ..
“Terima kasih!” Ujarku dan menutup pintu mobil dan pergi.
Keluar dari mobil “Sama-sama, titip salam buat Bang Frans ya,” ujar Chiko sambil melambaikan tangan.
“Isss….sok kenal,” ujarku yang bĂȘte.
Membuka pintu..
“Abang!! Abang??....” ujarku berteriak.
“Apa sihh,”ujar Bang Frans
“Siapa sih si Chiko itu,” ujarku
“Ohh,itu adik kelasku, dulu tim kesehatan di SMP, dia temenku juga, kamu gak boleh membrontak dengan dia, ngerti Aga, dia yang akan ngawasin kamu selama Abang di Singapura,” ujar Bang Frans.
“Tapi kan Abang masih lama ke Singapura,” ujar Aga takut di tinggal oleh Frans.
“Siapa bilang, Abang besok berangkat, penerbangannya jam 9 pagi, jadi kamu harus baik-baik di sekolah ya, trus jaga diri kamu,” ujar Bang Frans yang memelukku dengan erat.
Bang frans sepertinya tak ingin meninggalkan aku sendiri di rumah ini, karena aku lihat dia sangat erat memelukku. Aku pun balik membalas pelukan, cium persaudaraan dan tangisan yang membasahi pipi ku, walau mendengar sedikit bisikan tangis dari Abang tercintaku. Malam ini aku tak bisa tidur karena aku merasa semakin gelap di hidup ini.
Pagi ini aku tidak pergi sekolah, karena aku ingin mengantarkan Bang Frans ke bandara. Di sepanjang jalan aku selalu memegang tangannya dan memeluknya sesekali.
Di bandara..09.00 WIB.
“Abang pergi dulu ya Aga,, jaga pesan Abang yaa,” ujar Frans.
“Abang…jangan lupa kasih kabar yaa,” ujar Aga managis.
Tiba tiba Chiko datang tergesa-gesa untuk melihat keberangkatan Frans.
“Bang, maaf aku terlambat! Bang, semoga sukses ya di sana,” ujar chiko dan member pelukan persahabatan.
Saat beberapa langkah pergi, Frans melihat ke arah Aga yang tengah sedih melihatnya, Frans sadar bahwa hanya dia lah sandaran Aga selama ini, apalagi dengan situasi keluarga yang semakin menjadi-jadi. Aga berlari dan memeluk Frans sekuat-kuatnya.
“Bang, Aga ikut Abang aja, Aga takut sendiri di sini Bang..plisss Bang bawa Aga, Aga takut melawan hari hari ini tanpa Abang Aga, Bang Fraanss..hiks…hiks,” ujar Aga yang nangisnya tak kuasa.
“Aga, Aga Abang.., Ko tolongg,” ujar frans yang tak kuasa melihat adiknya melawan tingkah keluarga sendiri setelah ia pergi dan ia meminta Chiko untuk menahan Aga.
“Haaa…haa..lepasinn lepasin…Bang Frans, Aga mohon bawa Aga, Bang,,”ujar Aga
“Aga, biarin Bang Frans pergi..”ujar Chiko memegang kedua tangan Aga.
“Jaga Aga buat Abang ya, aku nitipin dia ya,” ujar Frans memegang pundak Chiko.
“Iyaa, Bang” ujar Chiko.
Akhirnya Frans pergi dengan berat hati yang tak tertahan, Frans sangat sedih, tetapi dia agak senang karena Chiko bakalan ada di samping Aga..
“Lepasin aku, Ko…aku mau pergi…Chikoo!!! Lepasin!!!” ujar Aga yang menangis, terduduk melihat kepergian Abang semata wayang.
“Sabar, Ga,” ujar Chiko
Aga menagis di dada chiko, tak kuasa menangis.
Kisah sedih Agatha belum berakhir ..
Tunggu part selanjutnya…
Salam penulis,
Kritik dan saran sangat membantu.
Kritik dan saran sangat membantu.
Sumber;
Penulis:
Penulis:
Tulis Cerita Momentmu di; MomentKu
No comments:
Post a Comment