Trend remaja saat ini, selain insomnia, adalah diam manis di depan smartphone. Terkadang senyum-senyum sendiri. Terkadang cemberut. Terkadang tertawa lepas. Terkadang menangis sejadi-jadinya. Itu wajar, karna begitulah jika manusia sedang mengekspresikan emosinya.
Diluar moment-moment penuh rasa bahagia. Pernahkah kita berada di satu moment nasib yang membuat kita sedih, kecewa, dan akhirnya marah lalu berlanjut mengeluh tentang nasib yang sedang menimpa diri kita pada saat itu? Jika kita terus mencari tahu disini apa yang akan terjadi setelah kita mengeluhkan nasib kita tersebut. Mungkin kita akan banyak berpikir keras untuk melakukan hal mudah itu.
Sejatinya, mengeluh itu adalah sebagian dari sikap seseorang yang tidak pernah bisa bersyukur terhadap apa yang sedang menimpanya. Hingga sikap atau mungkin telah menjadi bagian dari sipat dirinya tersebut selalu jadi alasan utamanya untuk terus asik melakukannya.
Seharusnya bisa dipahami. Bahwasanya mengeluh bisa mengakibatkan dampak negatif bagi orang yang melakukannya juga sekaligus bagi orang-orang disekelilingnya. Bagaimana bisa? Sangat bisa sekali!
Dengan cara meluapkan emosi atau kekecewaan lewat mengumbar kata-kata mengeluh, setidaknya bukan akan memperbaiki keadaan yang ada. Namun akan menambah kerumitan keadaan yang memang sudah rumit. Bukan akan menjadikan keadaan yang saat itu buruk menjadi baik apalagi lebih baik. Namun akan menjadikan yang buruk menjadi lebih buruk lagi. Itulah hal negatif yang akan terjadi kepada seseorang yang suka mengeluh.
Hal negatif bagi orang-orang disekeliling si Pengeluh? Mudah untuk kita ambil contohnya. Cobalah sedikit tengok trend remaja sekarang. Dimana SosMed atau Sosial Media seperti; Facebook, Twitter, Part, Instagram, Line, BBM, Whatsapp, dan sebagainya, menjadi lahan subur bagi para Pengeluh melakukan hobby mengeluhnya. Lalu jika kita sebagai orang-orang di sekitarnya apa yang akan kita dapatkan? Pasti simpatik yang muncul, itu jika si Pengeluh baru kita dapatkan kata-kata mengeluhnya untuk kali pertamanya. Bagaimana jika kita tahu si Pengeluh tersebut adalah memang seorang Pengeluh sejati? Ketika kita mendapatkan si Pengeluh tersebut mengeluh dan keluhannya tersebut memenuhi ruang penglihatan kita atau pendengaran, pasti kita akan terganggu dan yang lebih parah lagi adalah sebal. Kadang bisa jadikan kita benci dan sinis terhadap si Pengeluh tersebut.
Kesimpulannya. Mengeluh itu sangat merugikan bagi siapa pun. Bagi seseorang yang melakukannya ataupun bagi mereka orang-orang di sekelilingnya. Yang jelas, rugi terbesar ada di tangan si Pengeluh.
Tidak terlambat jika kini kita sadar bahwa hal sepele yaitu mengeluh ternyata bisa mendatangkan hal buruk yang besar. Terutama sekali bagi jalinan sosial yang selama ini terjalin sangat baik.
Sejatinya, mengeluh itu adalah sebagian dari sikap seseorang yang tidak pernah bisa bersyukur terhadap apa yang sedang menimpanya. Hingga sikap atau mungkin telah menjadi bagian dari sipat dirinya tersebut selalu jadi alasan utamanya untuk terus asik melakukannya.
Seharusnya bisa dipahami. Bahwasanya mengeluh bisa mengakibatkan dampak negatif bagi orang yang melakukannya juga sekaligus bagi orang-orang disekelilingnya. Bagaimana bisa? Sangat bisa sekali!
Dengan cara meluapkan emosi atau kekecewaan lewat mengumbar kata-kata mengeluh, setidaknya bukan akan memperbaiki keadaan yang ada. Namun akan menambah kerumitan keadaan yang memang sudah rumit. Bukan akan menjadikan keadaan yang saat itu buruk menjadi baik apalagi lebih baik. Namun akan menjadikan yang buruk menjadi lebih buruk lagi. Itulah hal negatif yang akan terjadi kepada seseorang yang suka mengeluh.
Hal negatif bagi orang-orang disekeliling si Pengeluh? Mudah untuk kita ambil contohnya. Cobalah sedikit tengok trend remaja sekarang. Dimana SosMed atau Sosial Media seperti; Facebook, Twitter, Part, Instagram, Line, BBM, Whatsapp, dan sebagainya, menjadi lahan subur bagi para Pengeluh melakukan hobby mengeluhnya. Lalu jika kita sebagai orang-orang di sekitarnya apa yang akan kita dapatkan? Pasti simpatik yang muncul, itu jika si Pengeluh baru kita dapatkan kata-kata mengeluhnya untuk kali pertamanya. Bagaimana jika kita tahu si Pengeluh tersebut adalah memang seorang Pengeluh sejati? Ketika kita mendapatkan si Pengeluh tersebut mengeluh dan keluhannya tersebut memenuhi ruang penglihatan kita atau pendengaran, pasti kita akan terganggu dan yang lebih parah lagi adalah sebal. Kadang bisa jadikan kita benci dan sinis terhadap si Pengeluh tersebut.
Kesimpulannya. Mengeluh itu sangat merugikan bagi siapa pun. Bagi seseorang yang melakukannya ataupun bagi mereka orang-orang di sekelilingnya. Yang jelas, rugi terbesar ada di tangan si Pengeluh.
Tidak terlambat jika kini kita sadar bahwa hal sepele yaitu mengeluh ternyata bisa mendatangkan hal buruk yang besar. Terutama sekali bagi jalinan sosial yang selama ini terjalin sangat baik.